Jumat, 05 Agustus 2016

Dear Calon Imam

Dear Calon Imam,
Di Bumi Allah


AKU YANG DULU, mungkin teramat jauh dari kata sempurna. Bahkan, bisa dikata, begitu ingkar pada agamanya. Hal-hal yang menyenangkan saja yang dikerjakan meski semua itu adalah larangan, mungkin aku sempat berpikir masa bodoh. Hati terlalu nyaman dan terbuai dengan kenikmatan dunia, hingga yang namanya bergonta-ganti pacar mungkin sudah biasa. Bahkan, bila tidak melakukannya akan dibilang kolot, tak gaul, kampungan atau semacamnya yang membuat telinga panas bila tidak mengikutinya.
Tapi bila saat ini aku selangkah meninggalkannya, dengan membawa hati yang baru, sudikah kau menerimaku tanpa melihat masa lalu pada diriku? Sanggupkah kau membuka hatimu untuk seorang yang tak punya apa-apa kecuali perbaikan diri sebagai modal keyakinan menjalani hidup yang lebih baik? Coba tanyakan pada hatimu, apakah hanya tersisa ruang untuk orang baik yang kau tunggu? Tak adakah kesempatan pada seorang yang berusaha baik untuk menetapi agamanya? Berusaha setulus mungkin menjadikan dirimu labuhan terakhir untuk membangun mahligai keromantisan penuh kehalalan. Tak ada niatan untuk menyakitimu. Tak ada penilaian akan siapa dirimu. Hanya saja, satu impian yang kupunya: menyempurnakan separuh agama bersamamu. 



Shinta Cahyadi,